Sinopsis Seminar Nasional 2021

TEMA

Arkeologi Indonesia Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030

 

LATAR BELAKANG

Peninggalan masa lampau tidak sekedar objek warisan dari masyarakat yang telah hadir pada suatu wilayah tertentu. Melalui objek tinggalan masa lampau dapat diketahui bagaimana mereka menghadapi lingkungan untuk selanjutnya bertahan melangsungkan kehidupannya. Sudah lama tokoh-tokoh arkeologi dunia, antara lain Sir Mortimer Wheeler menyatakan bahwa “We are not digging up things, but people”. Di balik benda terdapat beribu gambaran kehidupan manusia. Berdasarkan gambaran itulah maka disusunlah suatu rekonstruksi aktivitas kehidupan, sejarah budaya, serta proses terjadinya perubahan budaya. Pertanyaan besar selanjatnya adalah, kalau semua itu sudah diketahui selanjutnya untuk apa?

Di sini tampak bahwa arkeolog dituntut untuk menyajikan informasi mengenai nilai dan makna tinggalan arkeologi sebagai sumberdaya budaya kepada masyarakat dan pemerintah. Berdasarkan informasi tersebut akan timbul kesadaran terhadap arti penting dari tinggalan arkeologi. Arti penting yang terkandung dalam tinggalan arkeologi mempunyai fungsi antara lain alat atau media mencerminkan cipta, rasa dan karya leluhur bangsa, di mana unsur kepribadiannya dapat dijadikan suri tauladan bangsa, kini dan mendatang dalam rangka membina dan mengembangkan kebudayaan nasional; alat atau media yang memberikan inspirasi, aspirasi dan akselerasi dalam pembangunan bangsa baik material maupun spiritual, sehingga tercapai keharmonisan di antara keduanya; dan alat atau media untuk memupuk saling pengertian di kalangan masyarakat dan bangsa serta umat manusia melalui nilai-nilai sosial budaya yang terkandung di dalamnya.

Tinggalan arkeologi mempunyai kandungan arti penting untuk pembangunan bangsa secara menyeluruh. Dewasa ini masyarakat dunia menyepakati satu agenda tujuan pembangunan berkelanjutan. Melalui Sidang Umum PBB pada September 2015, terumuskan Agenda 2030 tentang Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs). TPB/SDGs bertujuan untuk menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang inklusif dan terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Sebagai wujud komitmen politik pemerintah untuk melaksanakan SDGs, telah diterbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Perpres tersebut juga merupakan komitmen agar pelaksanaan dan pencapaian SDGs dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh pihak. SDGs menyangkut 17 hal yaitu tentang (1) Tanpa Kemiskinan; (2) Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; (4) Pendidikan Berkualitas; (5) Kesetaraan Gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi Layak; (7) Energi Bersih dan Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur; (10) Berkurangnya Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan; (12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; (13) Penanganan Perubahan Iklim; (14) Ekosistem Lautan; (15) Ekosistem Daratan; (16) Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh; serta (17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Banyak permasalahan dalam penelitian arkeologi telah dilakukan menyangkut pokok-pokok dalam SDGs. Kajian terhadap tinggalan prasasti banyak yang memberikan gambaran tentang upaya penguasa untuk mengatasi kemiskinan dan kelaparan sehingga rakyat sejahtera. Pada beberapa prasasti terdapat uraian mengenai usaha raja membuat parit untuk irigasi sehingga rakyat tercukupi kebutuhan pangannya. Permasalahan gender juga sudah banyak dibahas. Berdasarkan artefak dan sumber data lain, kajian seputar subsistensi dan ekonomi juga sudah sering dilakukan. Dewasa ini dunia arkeologi juga berkembang membahas arkeologi industri dan infrastruktur. Aspek permukiman tidak luput dari kajian dalam arkeologi. Cabang arkeologi lingkungan banyak membahas persoalan ekosistem dalam kaitannya dengan budaya manusia. Pada intinya banyak sekali permasalahan kajian budaya masa lampau yang telah dikaji. Namun demikian, kajian-kajian yang telah dilakukan hasilnya belum bermuara pada sektor pembangunan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikaji mengenai nilai-nilai budaya masa lampau yang dapat dijadikan landasan untuk mendiseminasikan sehingga dapat terumuskan inovasi untuk mencapai SDGs.

 

TUJUAN

Seminar Nasional Arkeologi ini bertujuan menyediakan sarana bagi para peneliti, akademisi, budayawan, dan berbagai kalangan dalam rangka mengeluarkan gagasan inovatif tentang strategi untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

 

BENTUK KEGIATAN

Kegiatan Seminar Arkeologi ini dilaksanakan secara daring, menampilkan narasumber utama (keynotes speaker), narasumber dari para pakar, dan peserta.

 

KELUARAN (OUTPUT)

Keluaran dari kegiatan seminar ini berupa:

  • Makalah-makalah hasil penyempurnaan setelah melalui proses editorial dapat diterbitkan di Purbawidya: Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Arkeologi (Sinta 2) atau Jurnal Panalungtik (Sinta 4)
  • Makalah lainnya setelah melalui penyempurnaan berdasarkan masukan pada diskusi dan melalui proses editorial dapat juga diterbitkan dalam bentuk Prosiding.

Penerbitan ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh berbagai stakeholder bidang pembangunan kebudayaan.

Narasumber, Pemakalah, dan Peserta

Kegiatan Seminar Nasional Arkeologi ini akan diikuti oleh ....... orang (sesuai kapasitas zoom meeting Balar Jabar).

Narasumber Utama diharapkan berasal dari

  • Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Kementerian PPN/Bappenas sebagai Tim Pelaksana SDGs Indonesia
  • Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Narasumber pakar berasal dari

  • Pusat Peneltian Arkeologi Nasional
  • Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat
  • Center for Sustainable Development Goals Studies, Universitas Padjadjaran
  • Pakar Arkeologi.

Pemakalah dan peserta diharapkan terdiri unsur-unsur peneliti, akademisi, pendidik (guru/dosen), praktisi, budayawan, dan mahasiswa yang menaruh perhatian pada bidang arkeologi dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Pelaksanaan

Seminar akan dilaksanakan pada bulan Desember secara daring.

 

 

Tim Pengarah:

Nanang Saptono

Oerip Bramantyo Boedi

Endang Widyastuti

Nurul Laili

Rusyanti