INTERAKSI BUDAYA ANTARA AUSTRONESIA DENGAN NON AUSTRONESIA MEMENGARUHI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DI MASA AUSTRONESIA

Isi Artikel Utama

Zukhrufa Ken Satya Dien

Abstrak

Indonesia merupakan salah satu bagian dari peradaban Austronesia. Sebelumnya peradaban Austronesia berasal dari Taiwan yang mana teori mengenai ini banyak diikuti oleh peneliti yang mendukung adanya peradaban budaya Austronesia. Populernya teori tersebut tidak lepas dari dukungan data linguistik, antropologi, DNA, pertanggalan dan data dari arkeologis. Interaksi antar budaya yang kolonisasi Austronesia di Kepulauan Indonesia dapat dirangkum dalam kebudayaan masa neolitik datang di Kepulauan Indonesia, budaya tersebut di bawa oleh masyarakat penutur bahasa Austronesia. Akibat dari peristiwa tersebut, terjadi perkembangan budaya Neolitik di Kepulauan Indonesia, terjadinya evolusi dan interaksi antara masyarakat pendatang Austronesia dengan komunitas Non Austronesia yang telah menghuni kawasan ini sejak masa sebelumnya. Ketika masyarakat Austronesia datang di kawasan Non Austronesia, komunitas Non Austronesia juga telah memiliki pengetahuan yang kurang lebih sama dengan bangsa Austronesia bahkan lebih bersifat adaptif dalam beberapa penguasaan teknologi seperti alat kerang dan alat tulang, teknologi pelayaran, teknologi dalam pembudidayaan tanaman umbi-umbian.

Rincian Artikel

Cara Mengutip
Ken Satya Dien , Z. . (2020). INTERAKSI BUDAYA ANTARA AUSTRONESIA DENGAN NON AUSTRONESIA MEMENGARUHI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DI MASA AUSTRONESIA. Prosiding Balai Arkeologi Jawa Barat, 3(1), 167-174. https://doi.org/10.24164/prosiding.v3i1.19
Bagian
Artikel

Referensi

DAFTAR PUSTAKA

Bellwood, P. 1995.“Austronesian Prehistory in Southeast Asia: Homeland, Expansion and Transformation”, dalam Peter Bellwood, James J. Fox, Darrell Tryon (eds), The Austronesians: Historical and Comparative Perspectives, pp. 96-111, Canberra: ANU.

Carson, M. T. 2013. “Austronesian Migrations and Developments in Micronesia”, Journal of Austronesian Studies 4 (1), pp. 25-35, Taiwan: National Museum of Prehistory.

Chazine, Jean-Michel dan Jean-George Ferrié. 2008. “Recent Archaeological Discoveries in East Kalimantan, Indonesia”, dalam Bulletin Indo-Pacific Prehistory Association No. 22, pp. 16-22, Canberra: ANU Press.

Daud Aris Tanudirjo. (2019). Teknologi dan Proses Adaptasi Lingkungan. [Direkam oleh Zukhrufa Ken Satya Dien] Pada Memo Rekaman handphone. Bandung: Seminar Nasional Arkeologi Jawa Barat

Jacob, T. 1967. “Some Problems Pertaining to the Racial History of the Indonesian Region”, Disertasi Doktoral, Utrecht: Drukkerij Neerlandia.

Ketut, Wiradnyana. “Budaya Austronesia di Indonesia bagian Barat dalam Kaitannya dengan Migrasi Out of Taiwan”. Jurnal Balai Arkeologi Medan, Vol.18, No.1, April 2015: 22-39

Noerwidi, Sofwan. “Migrasi Austronesia dan Implikasinya Terhadap Perkembangan Budaya di Kepulauan Indonesia”. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi, Vol. 21, No. 1, Juni 2014: 1-76

Sémah, F., Anne-Marie Sémah dan Magali Chacornac-Rault. 2006. “Climate and Continental Record in Island South East Asia since the Late Pleistocene: Trends in Current Research, Relationship with the Holocene Human Migration Wave”, dalam Truman Simanjuntak, Inggrid H.E Pojoh, Mohammad Hisyam (ed.), Austronesian Diaspora and the Ethnogeneses of People in Indonesian Archipelago, pp. 15-29, Jakarta: LIPI Press.

Simanjuntak, Truman. 2011. Austronesia

Prasejarah di Indonesia dalam Austronesia dan Melanesia di Indonesia. Yogyakarta: Ombak

Sujud, Slamet. “Prasejarah Indonesia: Tinjauan Kronologi dan Morfologi”. Jurnal Sejarah dan Budaya, No 2, Desember 2013

Summerhayes, G. 2009. “Obsidian Network Patterns in Melanesia: Sources, Characterisation and Distribution” Bulletin Indo-Pacific Prehistory Association No. 29, pp. 109-123, Canberra: ANU Press.

Wasita. 1999. “Faktor Pendukung Budidaya Padi Masa Prasejarah”, Naditira Widya No. 03, hlm. 61-69, Banjarmasin: Balai Arkeologi Banjarmasin.

Yos, Inyos. 1997. Konstruksi Posesif Bahasa-bahasa Austronesia dan Non Austronesia di Kawasan Timur Indonesia: Studi Bandingan Bahasa Tetun (Timor Timur), Lamaholot (Flores Timur), dan Mai Brat (Kepala Burut), Journal Humsniora V.

HASIL DISKUSI

Tidak ada pertanyaan