JENJANG PEMUKIMAN SITUS BENTENG MAJAPAHIT, LAMPUNG UTARA DAN SITUS PERIKI, LAMPUNG TIMUR: DALAM PERBANDINGAN

Isi Artikel Utama

Nurul Laili

Abstrak

Situs Benteng Majapahit dan Situs Periki sebagai contoh pemukiman kuno tentunya berada pada jenjang pemukiman tertentu. Tulisan ini mengkaji jenjang pemukiman di Situs Periki dan Benteng Majapahit. Kedua situs yang sama-sama berada di tepian sungai, adakah perbedaan pada keduanya. Hal tersebut akan diamati dari variabel lingkungan, tinggalan artefak, ekofak, ataupun fitur. Selain hal tersebut objek amatan yang lain berupa luas areal pemukiman. Tujuan dari tulisan ini adalah pengetahuan tentang aktivitas yang pernah ada pada masa lampau di Situs Benteng Majapit dan Periki. Sesuai dengan permasalahan yang ada, dalam penelitian ini diterapkan tipe penelitian eksploratif dan deskriptif dengan mengikuti pola penalaran induktif. Situs Benteng Majapahit dan Situs Periki berdasarkan variabel lingkungan, tinggalan artefak, ekofak, ataupun fitur, dan luas areal pemukiman merupakan pemukiman desa. Istilah dalam masyarakat Lampung maka kedua situs, yaitu Benteng Majapahit dan Periki dimasukkan sebagai satuan pemukiman jenjang semi mikro disebutnya tiyuh, pekon, atau anek.

Rincian Artikel

Cara Mengutip
Laili, N. . (2019). JENJANG PEMUKIMAN SITUS BENTENG MAJAPAHIT, LAMPUNG UTARA DAN SITUS PERIKI, LAMPUNG TIMUR: DALAM PERBANDINGAN. Prosiding Balai Arkeologi Jawa Barat, 2(1), 149-157. https://doi.org/10.24164/prosiding18/12
Bagian
Artikel

Referensi

Carneiro, Robert L. 1970.“A Theory of the Origin of the State”. Dalam Science No. 169.

Flannery, Kent V. 1979 “The Cultural Evolution of Civilitations”. Dalam Gregory L. Possehl

(ed.) Ancient Cities of the Indus. Durham: Carolina Academic Press.

Gibbon, Guy. 1984. Anthropological Archaeology. New York: Columbia University Press.

.Hourani, A.H.1970. “The Islamic City in the Light of Recent Research”. Dalam Hourani, A.H. dan Stern, S.M. (ed.) The Islamic City a Colloquium. Oxford: Bruno Cassirer and University of Pennsylfania Press.

.Laili,Nurul. 2007. Tata Letak Pemukiman di Situs Benteng Makjapahit, Abung Tengah, Lampung

Utara. Widyasaparuna, hlm 102-108. Bandung: Balai Arkeologi Bandung

Menno, S dan Mustamin Alwi. 1992. Antropologi Perkotaan. Jakarta: Rajawali Pers.

Parson, J.R. 1972. Archaeological Settlement Pattern. Dalam Annual Review of Anthropology Vol.

: 127-150.

Said Chkasana, A.H dan Bambang Budi Utomo, 2006. Permukiman Dalam Perspektif Arkeologi, hlm 1-15. Dalam Permukiman di IndonesIA Perspektif Arkeologi. Jakarta: Badan Pengembangan Sumberdaya Kebudayaan dan Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,

Saptono, Nanang. 2006. Laporan Hasil Analisis Artefak Keramik Asing Temuan Hasil Penelitian Arkeologi di Situs Benteng Majapahit, Kampung Pekurun, Kec. Abung, Kab. Lampung Tengah. Balai Arkeologi Bandung.

Sharer, Robert J. dan Wendy Ashmore. 1979.Fundamentals of Archaeology. California: The

Binjamin/Cummings Publishing.

Sumadio, Bambang. 1990. Jaman Kuna, Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Troe, Adnand, et al. 1997. Menyelami Tulangbawang. Menggala: Pemerintah Kabupaten

Tulangbawang dan Tulangbawang Enterprise.

.Wiryomartono, A. Bagoes P.1995.Seni Bangunan dan Seni Binakota di Indonesia. Kajian Mengenai Konsep, Struktur, dan Elemen Fisik Kota Sejak Peradaban Hindu-Buddha, Islam Hingga Sekarang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

h HASIL DISKUSI

• Yusuf Ambari (Disjarahad)

Pertanyaan:

- Penamaan situs Majapahit seakan tidak menghargai kearifan lokal Lampung.

Jawaban:

- Penamaan situs biasanya didasarkan pada (1) nama yang dilekatkan oleh masyarakat sekitar, (2) lokasi administatif tempat situs berada, (3) nama yang sudah ada sebelumnya. Setuju bahwa penamaan situs perlu mengutamakaan kearifan lokal.