PEMBERONTAKAN PANDE BESI DI BALI ABAD 14—16 M STUDI KASUS UPAYA MERAIH LEGITIMASI KUASA

Isi Artikel Utama

Rusyanti

Abstrak

Tulisan ini menyajikan kembali artikel dari DR. R. Goris mengenai pemberontakan golongan pande besi di Bali abad 14-19 M sebagai sudi kasus sekaligus refleksi sosial mengenai adanya upaya legitimasi status untuk memperkuat kuasa. Melalui studi pustaka dan kritik teks yang berkaitan dengan  arti pande yang dijumpai dalam berbagai konteks, diketahui pemberontakan pande di Bali merupakan kasus yang unik, langka dan kasuistik yang erat kaitannya dengan eksistensi suatu kelompok dengan cara pelegitimasian di antaranya dengan “kodifikasi tradisi” melalui keturunan, pemecahagah, parasasti, dan babad bahwa mereka berasal dari dewata. Hal tersebut merupakan salah satu contoh bahwa klasifikasi sosial memiliki peran yang penting dan juga sensitif dalam menata fungsi dan peran suatu komunitas di dalam masyarakat dan sekaligus mempunyai pengaruh dalam menguasai opini kelompok.

Rincian Artikel

Cara Mengutip
Rusyanti. (2019). PEMBERONTAKAN PANDE BESI DI BALI ABAD 14—16 M STUDI KASUS UPAYA MERAIH LEGITIMASI KUASA. Prosiding Balai Arkeologi Jawa Barat, 2(1), 159-166. https://doi.org/10.24164/prosiding18/13
Bagian
Artikel

Referensi

Casparis, J.G de. 1985. Sedikit Tentang Golongan-Golongan Dalam Masyarakat Jawa Kuno dalam Amerta 2. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Hal 54-59.

Deny, Slamet, Agus, Ninny. 2014. Pusat Pendidikan Keagamaan Masa Majapahit. Jurnal Studi

Sosial, Th. 6, No. 2, Nopember 2014. Hal: 107-119.

Geria, Made. 1991. Kerajinan Logam pada Masa Bali Kuno di Bali. dalam Metalurgi Dalam

Arkeologi. Prosiding Analisis Hasil Penelitian Arkeologi IV, Kuningan 10-16 September

Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Hal. 369—384.

Goris, DR. R. 2012. Kedudukan Pande Besi dalam Sifat Religius Masyarakat Pedesaan di Bali.

Jiwa Atmaja (ed). terj. Denpasar: Udayana University Press dan Kajian Budaya UNUD. Hal 110—121.

Montana, Suwedi. 1993. Pande Dalam Masyarakat Jawa, Pelaku Mysterious Art of Metallurgy dalam

Metalurgi Dalam Arkeologi. Prosiding Analisis Hasil Penelitian Arkeologi IV, Kuningan

-16 September 1991. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Hal 261-268.

Munandar, Agus Aris. 2005. Istana Dewa Pulau Dewata. Makna Puri Bali Abad ke-14—19 M.

Depok: Komunitas Bambu.

Nastiti, Titi Surti. 1993. Pande Logam Dalam Kehidupan Masyarakat Jawa Kuno dalam Metalurgi

Dalam Arkeologi. Prosiding Analisis Hasil Penelitian Arkeologi IV, Kuningan 10-16

September 1991. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Hal 269--278.

Tjahyono, Baskoro D. 1993. Permasalahan Klasifikasi Pande Besi Pada Masa Klasik dalam

Metalurgi Dalam Arkeologi. Prosiding Analisis Hasil Penelitian Arkeologi IV, Kuningan

-16 September 1991. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Hal 209—215.

Stets, Jan E & Peter J Burke. 2000. Identity Theory and Social Identity Theory. Social Psychology

Quarterly Vol.63, No.3. Page 224—237.

Subroto, P.H. 1980. Kelompok Kerja pandai besi pada relief Candi Sukuh. Pertemuan Ilmiah Arkeologi, Cibulan 21—25 Februari 1977. Jakarta: Proyek Penelitian dan Penggalian Purbakala Departemen P dan K.

Zoetmulder, P.J dan S.O. Robson. 1995. Kamus Jawa Kuna Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

h HASIL DISKUSI

Nunun Nurhayati (UPTD PKD Jawa Barat)

Pertanyaan:

- Umumnya para pande tersebut dari strata mana ?

Apakah yang mendasari para pande tersebut melakukan gerakan pande berontak dari seluruh pande berkemampuan mereka yang sederhana sampai pande yang berkemampuan Mpu?

Jawaban:

- Pande besi tersebut merupakan profesi/tukang tatah logam yang sudah ada dari dahulu. Mereka sudah ada dan tersebar di desa-desa di Bali dan sepertinya sebelum pengaruh Jawa Majapahit datang ke Bali, mereka merupakan golongan yang egaliter. Dalam beberapa tulisan, pande ternyata mempunyai ‘tingkatannya” sendiri ada yang disebut sebagai candala atau tukang ada yang disebut mpu yang bertugas sebagai finishing dan memiliki kekuatan magis. Tetapi pengkategorian mpu dan candala ini masih dianggap sebaagi kelompok yang sama.

Pemberontakan para pande besi tidak diketahui dari golongan mananya apakah candala/Mpu atau keduanya yang pasti dalam buku disebutkan pemberontakan tersebut dipicu oleh adanya tingkat kasta di Bali dan adanya kebingungan pengkategorian kelompok pande. Pemberontakan disebutkan terjadi pada masa Gel-gel. Mengapa melakukan pemberontakan? Ada kecurigaan berkaitan dengan kekhawatiran terancamnya posisi dan pengaruh pande di kalangan puri/keraton. Hal tersebut dikhawatirkan akan berdampak pada faktor kenyamanan, fasilitas, dan penghasilan/ekonomi. Seperti diketahui para pande di Majapahit ada yang mendapat jabatan dan upah dari raja.

Sutrisno Murtiyoso (LSAI)

Pertanyaan:

- Ada motif ekonomi dalam hal pemberontakan pande besi di Bali (?).

Profesi pande di seluruh dunia bukan sebagai profesi biasa di zaman pra-sejarah, mereka di anggap punya kelebihan merubah batu menjadi senjata dan memiliki kekuatan mejik. Di India profesi pande besi memiliki golongan terpisah. Perlu di tinjau kembali mengenai profesi pande besi di Bali. Mereka adalah kelompok yang memang tersendiri atau egaliter.

Jawaban:

a. Ini memang hal yang menarik, khasanah mengenai status pande ini di belahan dunia lainnya memang belum diakses secara lebih luas, tetapi tampaknya kasus “pemberontakan” ini hanya terjadi di Bali. Adapun motif dan latarbelakang tersebut erat kaitanya dengan identitas dan pengakuan kelompok. Apakah kemudian motif ekonomi ikut menyusupi? karena profesi pande di satu sisi juga menjanjikan karena dekat dengan keraton, perlu data lain yang mendukung.