MENAFSIRKAN MITOS SEBAGAI MEDIA MITIGASI BENCANA DI MASYARAKAT SUNDA Interpreting Myths As A Medium of Disaster Mitigation in Sunda Community

Isi Artikel Utama

Yeni Mulyani Supriatin

Abstrak

Makalah ini dilatarbelakangi smong sebuah mitos Simeuleu di Aceh yang menyebutkan jika terjadi gempa harus segera mencari tempat tinggi untuk menghindari tsunami. Ketika tahun 2004 gempa melanda Aceh, korban tsunami di Simeuleu cenderung sedikit karena masyarakat dapat menafsirkan dan memanfaatkan mitos Simeuleu. Penelitian ini bertujuan menafsirkan mitos-mitos Sunda yang berkaitan dengan keselamatan umat manusia agar dapat dimanfaatkan sebagai media mitigasi bencana. Masalah penelitian ini adalah bagaimana menafsirkan mitos-mitos Sunda sebagai media mitigasi bencana? Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan modern dengan menerapkan teknik perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, dan pengecekan rekan sejawat. Hasil penelitian ditemukan mitos-mitos yang dapat dimanfaatkan sebagai media mitigasi bencana. Simpulan penelitian ini adalah bahwa mitos Sunda sejenis smong dapat dimanfaatkan sebagai media mitigasi bencana. 


 

Rincian Artikel

Cara Mengutip
Mulyani Supriatin, Y. . (2021). MENAFSIRKAN MITOS SEBAGAI MEDIA MITIGASI BENCANA DI MASYARAKAT SUNDA: Interpreting Myths As A Medium of Disaster Mitigation in Sunda Community. Prosiding Balai Arkeologi Jawa Barat, 4(1), 385-394. https://doi.org/10.24164/prosiding.v4i1.34
Bagian
Artikel

Referensi

Anafiah, S. (2014). Pemanfaatan Komik Anak Sebagai Media Mitigasi Bencana. Widyaparwa, 42(2), 25–28.

Herlianti. (2012, November). Padi Melimpah Berkah Ibu Pertiwi Ingin Cetak Kemasan Murah ? Kompas.Com, 1–6.

Hermawan, I. (2012). Bangunan Rumah Teleskop di Kompleks Observatorium Bosscha. Purbawidya, 1(N0. 1/Tahun 2012), 125--140.

Indrajaya, D. W. (2020). Tradisi Lisan Smong Selamatkan Orang Simeulue dari Tsunami. 1--5 hlm.

Kusdiwanggo, S., & Sumardjo, J. (2016). Sakuren: Konsep Spasial Sebagai Prasyarat Keselamatan Masyarakat Keselamatan Masyarakat Budaya Padi di Kasepuhan Ciptagelar. Panggung, 26(3), 309–322. https://doi.org/10.26742/panggung.v26i3.194

Mahayana, M. (2007). Ekstrinsikalitas sastra Indonesia (1st ed.). Raja Grafindo Persada.

Peraturan Menteri Dalam Negeri (2006). Peraturan Menteri Dalam Negeri Tentang Pedoman Umum Mitigasi Bencana. In www. gitews.org.

Pudentia, M. (2016). Tradisi Lisan Terancam Zaman. Media Indonesia, October 2016, 2–4.

Pudentia, M. (2019). Metode Kajian Tradisi Lisan. Yayasan Obor.

Ruthven. (1997). Myth: The Critical Idioms. Methuen & Co.Ltd.

Sumarjo, J. (2009). Sastra dan Pemberadaban di Indonesia. July.

Supriatin, Y. M. (2010). Pembangunan Waduk Jatigede Dan Mitos-Mitosnya Dalam Sastra Lisan Sunda. Jurnal Sosioteknologi, 9(20), 875–882.

Vansina, J. (1985). Oral Tradition as History. James Currey Publishers.

Wijanarti, T. (2019). Masyarakat Dayak Dan Alam: Sebuah Pembacaan Ekokritik Sastra Terhadap Cerita Pendek “Menari Di Puncak Beringin’” Karya Budi Dayak Kurniawan. UNDAS: Jurnal Hasil Penelitian Bahasa Dan Sastra, 15(2), 135. https://doi.org/10.26499/und.v15i2.1747

Zaidan, A. R. (1997). Mitologi Jawa dalam puisi Indonesia modern , 1950-1970. Pusat Bahasa< Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.