JEJAK-JEJAK BENCANA SOSIAL PADA PROSES KONVERSI RELIGI-POLITIK MASA KLASIK AWAL (ABAD 5-7) DI ASIA TENGGARA Traces of Social Disasters During Religion-Political Conversion in Early Classic Period (5th-7th Centuries) in Southeast Asia
Isi Artikel Utama
Abstrak
Proses konversi religi dan politik pernah terjadi di Asia Tenggara masa klasik awal. Peristiwa ini berlangsung sekitar kurun abad ke-5 sampai dengan ke-7 Masehi, ketika Agama Hindu-Buddha mulai menggantikan Agama Weda. Adanya indikasi proses konversi religi dan politik pada kurun waktu yang hampir bersamaan memunculkan masalah mengenai faktor-faktor yang melatarinya serta cara-cara konversi yang dilakukan. Tulisan ini merupakan hasil kajian yang dilakukan melalui studi kepustakaan terhadap berbagai hasil penelitian yang membahas tentang bukti-bukti proses konversi religi dan politik. Wilayah-wilayah yang dibahas pada tulisan ini antara lain adalah Jawa, Kalimantan, Sumatra, dan Daratan Utama Asia Tenggara. Hasilnya, berdasarkan data-data arkeologis dan epigrafis menunjukkan faktor pendorongnya adalah religi dan ekonomi. Faktor religi dapat dikaitkan dengan perkembangan Agama Hindu-Buddha di India yang mengantikan Agama Weda. Agama Hindu-Buddha mendorong munculnya penguasa-penguasa baru. Penguasa-penguasa baru tersebut merasa berhak menaklukkan berbagai wilayah yang sebelumnya dikuasai pemimpin yang menganut Weda. Dorongan penaklukan diperkuat dengan faktor ekonomi, yaitu usaha merebut berbagai pusat dagang dan sumber komoditi dagang yang selanjutnya menjadi dasar terjadi konflik. Pola penalukan yang didasarkan data arkeologi dan epigrafi pada berbagai wilayah di Asia Tenggara menunjukkan pola yang hampir sama. Misi untuk mengubah aspek religi dan ambisi ekonomi memunculkan bencana sosial berupa perang dan penghancuran.
Rincian Artikel
Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Referensi
Boechari, M. (1979). An Old Malay Inscription of Sriwijaya at Palas Pasemah (South Lampung). In Pra Seminar Penelitian Sriwijaya (pp. 19–42). Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Brandes, J. L. . (1913). Oud-Javaansche Oorkonden: Nagelaten Transscripties. Batavia: Albrecht & Co.
Coedès, G. (1975). The Indianized States of Southeast Asia. (W. F. Vella, Ed.). Canberra: Australian National University Press.
Cotterell, A. (2014). A History of Southeast Asia. Singapore: Marshall Cavendish Editions.
De Casparis, J. G. (1967). The Date of the Grahi Buddha. Journal Social Science, 55(1), 31–40.
Djafar, H. (2007). Kompleks Percandian di Kawasan Situs Batujaya, Karawang, Jawa Barat: Kajian Sejarah Kebudayaan. Universitas Indonesia.
Dowling, N. H. (1999). A New Date for the Phnom Da Images and Its Omplications for early Cambodia. Asian Perspectives, 38(1), 51–61.
Guillot, C. (2008). Banten: Sejarah dan Peradaban Abad X-XVII. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Hardiati, E. ., Djafar, H., Soeroso, Ferdinandus, P. E. ., & Nastiti, T. . (2010). Sejarah Nasional Indonesia Jilid II: Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka.
Havenon, M. D. (2006). The Earliest Viṣṇu Sculpture from Southeast Asia. The Journal of the Walters Art Museum, 64, 81–98.
Heine-Geldern, R. (1942). Conceptions of State and Kingship in Southeast Asia. The Far Easter Quarterly, 2(1), 15–30.
Indrajaja, A., & Siregar, D. A. (2016). Dermaga Kuna di Situs Kota Kapur dan Analisis Pertanggalan Absolut. Kalpataru, 25(1), 15–28.
Izza, N. A. (2019). Prasasti-prasasti Sapatha Sriwijaya: Kajian Panoptisisme Foucault. Titian: Jurnal Ilmu Humaniora, 3(1), 110–123.
Khaire, V. (2003). Visnu In The Veda.pdf. Annals of The Bhandarkar Oriental Research Institute, 84, 163–169.
Liji, L. (2012). Dari Relasi Upeti ke Mitra Strategis: 2.000 Tahun Perjalanan Hubungan Tiongkok-Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Mardiana, I., Trigangga, Djafar, H., Tedjowasono, N. S., Rahayu, A., & Wardhani, F. (2016). Prasasti Batu I: Pembacaan Ulang dan Alih Aksara. Jakarta: Museum Nasional Indonesia.
Mitchiner, M. (1984). The Cosmological Scene Depicted on Some Early Burmese Symbolic Coins. East and West, 34(1), 175–188.
Santiko, H. (2001). The Religion of King Purnawarman of Tarumanagara. In Fruits pf Inspiration: Studies in Honour if Prof. J. G. De Casparis (p. 566). Groningen: Egbert Forsten.
Santiko, H. (2013). The Vedic Religion in Nusantara. Amerta: Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Arkeologi, 31(2), 141–149.
Satari, S. S. (2009). Upacara Weda di Jawa Timur: Telaah Baru Prasasti Dinoyo. Amerta: Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Arkeologi, 27(1), 34–43.
Sedyawati, E., Santiko, H., Djafar, H., Maulana, R., Ramelan, W. D. S., Wurjantoro, E., & Utomo, B. B. (2014). Candi Indonesia II: Seri Sumatera, Bali, Kalimantan, Sumbawa. Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Stoker, V. (2007). Vedic Language and Vaisnava Theology: Madhva’s Use of Nurukta in His Rgbhasya. Journal of Indian Philosophy, 35(2), 169–199.
Tjandrasasmita, U., Manus, M. P. B., Lapian, A. B., & Ambary, H. M. (2008). Sejarah Nasional Indonesia III: Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Utomo, B. B. (2014). Bangka-Belitung dalam Lintas Niaga. Buletin Relik, 1–13.
Vickery, M. (2003). Funan Reviewed: Deconstructing the Ancients. Bulletin de l’Ecole Française d’Extrême-Orient, 90, 101–143.