BANJIR DI PEMALANG MASA KOLONIAL ABAD KE-20 Flood In Pemalang During Colonial Era During The 20 Century
Isi Artikel Utama
Abstrak
Artikel ini membahas bencana banjir yang menerjang Pemalang beserta dampak yang ditimbulkan pada masa kolonial. Pemalang merupakan daerah dengan tata kota yang tidak sekompleks daerah besar lainnya, seperti Semarang atau Batavia. Namun pada tahun 1900an pembangunan infrastruktur terus dikerjakan, salah satunya sektor irigasi. Pembangunan nyatanya tidak menyelesaikan masalah banjir yang terus terjadi pada periode akhir pemerintahan kolonial pada abad ke-20. Atas dasar tersebut, terdapat dua pokok permasalahan dalam artikel ini. Pertama, menganalisis peristiwa terjadinya banjir di Pemalang. Kedua, mengkaji kompleksitas dampak yang ditimbulkan oleh bencana banjir di Pemalang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah, yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Artikel ini menunjukkan bahwa banjir yang melanda Pemalang melanda kawasan pesisir dan dataran tinggi yang terletak di sekitar aliran sungai. Berdasar narasi yang diwartakan surat kabar kolonial, banjir yang menerjang Pemalang menimbulkan dua dampak utama. Pertama, menggenangi jalur transportasi kereta api dan post-weg, yang menghambat aktivitas distribusi ekonomi. Kedua, merusak area persawahan, menghanyutkan ternak, dan merusak rumah di sekitar daerah terdampak. Berdasar kajian ini, setidaknya menunjukkan bahwa banjir adalah bencana lintas zaman yang menimbulkan dampak negatif di bidang sosial dan ekonomi, tidak terkecuali yang terjadi di Pemalang.
Rincian Artikel
Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Referensi
Algemeen-handelsblad-voor-Nederlandsch-Indie. (1933). . 21 Januari 1933.
Algemeen-handelsblad-voor-Nederlandsch-Indië. (1934a). . 23 Februari 1934.
Algemeen-handelsblad-voor-Nederlandsch-Indië. (1934b). . 03 Februari 1934.
Algemeen-handelsblad-voor-Nederlandsch-Indië. (1935). . 19 Januari 1935.
Algemeen-handelsblad-voor-Nederlandsch-Indië. (1937). . 24 September 1937.
Azmeri, & Fatimah, E. (2017). Sidik Cepat Ancaman Banjir Bandang. Sleman: Deepublish.
Cahyaningrum, A. G. (2020). Bencana Banjir di Pulau Madura 1875-1940. Surabaya: Pustaka Indis.
Dadek, A., Rinaldi, Y., & Sulaiman. (2020). Politik Hukum Bencana Indonesia. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press.
De-locomotief. (1935). . 02 Oktober 1935.
De-locomotief. (1938). . 4 Januari 1938.
De-locomotief. (1939). . 6 Februari 1939.
De-nieuwe-vorstenlanden. (1886). . 22 Februari 1886.
De-Preanger-bode. (1918). . 25 Februari 1918.
Gunawan, R. (2010). Gagalnya Sistem Kanal: Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa. Jakarta: Kompas.
Hartatik, E.S. (2018). Dua Abad Jalan Raya Pantura: Sejak Era Mataram Islam hingga Orde Baru. Yogyakarta: Nurmahera.
Het-nieuws-van-den-dag-voor-Nederlandsch-Indië. (1905). . 28 Februari 1905.
Het-nieuws-van-den-dag-voor-Nederlandsch-Indië. (1908). . 14 Maret 1908.
Het-nieuws-van-den-dag-voor-Nederlandsch-Indië. (1913). . 11 Februari 1913.
Het-nieuws-van-den-dag:kleine-courant. (1887). . 26 Januari 1887.
Husain, S. B. (2020). Banjir di Kota Surabaya Paruh Kedua Abad Ke-20. Yogyakarta: Ombak.
Pradjoko, D., & Sulistiyono, S.T. (2018). Sejarah Peradaban Maritim: Peranan Sungai dalam Sejarah Peradaban Maritim di Jambi dan Riau. Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Schaik, A. V. (1996). Pahit-pahit Manis: Seabad Industri Gula di Comal. dalam H. D. Kano (Ed.), Di Bawah Asap Pabrik Gula: Masyarakat Desa di Pesisir Jawa Sepanjang Abad Ke-20. Yogyakarta: Akatiga & Gadjah Mada University Press.
Siswokartono, W.E. (2006). Rekonstruksi Sejarah Kabupaten Pemalang: Sebuah Studi Penelitian Sejarah Daerah. Pemalang: Pemerintah Daerah Kabupaten Pemalang.
Sutherland, H. (2007). Geography as Destiny?: The Role of Water in Southeast Asian History. In P. Boomgaard (Ed.), A World of Water: Rain, Rivers and Seas in Southeast Asian Histories. Leiden: KITLV Press.
Syaifullah. (2020). Banjir Bandang Terjang Sejumlah Desa di Lereng Gunung Slamet, Pemalang. Retrieved October 15, 2020, from https://kumparan.com/panturapost/banjir-bandang-terjang-sejumlah-desa-di-lereng-gunung-slamet-pemalang-1tFVcpcxlbr/full
Utomo, I.N. (2016). Pemalang Terlupakan: Diingat, Dikaji, Diteladani. Yogyakarta: Sibuku.
HASIL DISKUSI
Pertanyaan
Chandrian Attahiyat (TACB DKI Jakarta)
Selain bendung, apakah juga dibuat sodetan kali atau kanal untuk menanggulangi banjir di Pemalang?
Jawaban
Data sejarah yang didasarkan pada hasil penelitian Siswokartono, menyatakan terdapat bendung yang memecah empat sungai, yakni Bendung Sungaoan. Namun pemecahan aliran sungai tersebut cenderung untuk kepentingan ekonomi, begitu pula di sekitar Pabrik Gula Comal bahwa kanal-kanal yang dibangun senagaja diperuntukkan bagi kepetingan ekonomi yakni untuk mengaliri perkebunan tebu sebagai bahan baku pembuatan gula. Sehingga konteks di sini ditemukan bendung tetapi sekadar untuk kepentingan ekonomi daripada untuk kepentingan masyarakat atau sebagai penanggulanagan banjir. Atas dasar tersebut, banjir yang terjadi selama masa kolonial di Pemalang, mendapat perhatian yang cukup rendah dari pemerintah kolonial, karena infrastruktur irigasi berupa bendung dan kanal lebih ditujukan untuk kepentingan ekonomi.