BENCANA DI BATAVIA DAN PEMINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN PADA MASA KOLONIAL BELANDA Disaster in Batavia and the Relocation of Government Center During The Dutch Colonial Period
Isi Artikel Utama
Abstrak
Sebagai Pusat Pemerintahan pada masa kolonial Belanda, Batavia tidak terbebas dari ancaman bencana, baik bencana alam berupa banjir maupun bencana non alam seperti perang dan wabah. Kondisi ini mendorong digulirkannya wacana pemindahan pusat pemerintahan ke daerah yang dianggap lebih aman dan sehat. Tulisan ini bermaksud menguraikan ancaman bencana sebagai salah satu faktor pendorong pemindahan pusat pemerintahan pada masa Kolonial Belanda. Penulisan menggunakan metode deskriptif analisis. Ketika Daendels datang ke datang ke Pulau Jawa dan menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda, salah satu tugasnya adalah memindahkan pusat pemerintahan dari Batavia ke daerah yang lebih aman dan sehat. Daendels memilih Weltevreden sebagai tempat untuk membangun pusat pemerintahannya. Pada akhir abad ke-19 kondisi Batavia yang tidak sehat menjadi alasan untuk pemindahan pusat pemerintahan ke daerah yang lebih sehat namun tidak jauh dari pusat pemerintahan saat itu, Bandung dipilih menjadi pusat pemerintahan pengganti Batavia dengan alasan lebih sehat dan aman. Kondisi ini menunjukkan bahwa bencana menjadi salah satu faktor pendorong pemindahan pusat pemerintahan.
Rincian Artikel

Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Referensi
Ellisa, E. (2018). The Recreational Landscape of Weltevreden Since Indonesian Colonization. Journal of Urban Culture Research, 17, 12–30. https://doi.org/10.14456/JUCR.2018.8
Gunawan, R. (2010). Gagalnya Sistem Kanal: Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa. Jakarta: Kompas.
Handinoto. (2010). “Indische Empire Style” Gaya Arsitektur “Tempo Doeloe” yang Sekarang sudah mulai Punah. In Arsitektur dan kota-kota di Jawa pada masa Kolonial (hal. 43–58). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hermawan, I. (2011). Bandung Sebagai Ibukota Hindia Belanda. In A. Akbar (Ed.), Arkeologi Masa Kini (hal. 129–143). Jatinangor: Alqaprint.
Hermawan, I., & Abrianto, O. (2020). Pola Tata Ruang Weltevreden dan Fungsi Ruang Kota. PANALUNGTIK, 3(1), 1–13. https://doi.org/10.24164/pnk.v3i1.32
Heuken, A. S. (1997). Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta. Jakarta: Cipta Caraka Loka.
Kunto, H. (1984). Wajah Bandoeng Tempo Doeloe. Bandung: Granesia.
Kunto, H. (1986). Semerbak Bunga di Bandung Raya. Bandung: Granesia.
Marihandono, D. (2012). Pembangunan Kota Berbasis Multikultur: Studi Kasus Pembangunan Weltevreden pada Awal Abad XIX. Prosiding Seminar Internasional Multikultural & Globalisasi, 133–143. Diambil dari https://multikulturalui.files.wordpress.com/2013/05/prosiding-simg-ui-2012-jilid-1-13.pdf
Merrilles, S. (2001). Batavia, in Nineteenth Century Photographs. Singapore: Archipelago Press.
Noviyanti, R. (2017). Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen dan Pembangun Kota Batavia (1619-1629). Sosio e-kons, 9(1), 54. https://doi.org/10.30998/sosioekons.v9i1.1688
Onghokham. (1987). Runtuhnya Hindia Belanda. Jakaarta: Penerbit Gramedia.
Shahab, A. (2010). Batavia Kota Hantu. Jakarta: Penerbit Republika.
Soemalyo, Y., Ridwan, K., Atmoko, T. U., Ellisa, E., & Hadi, A. (2007). Sejarah Kotatua. Jakarta: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi DKI Jakarta.
Tim Penyusun. (2011). Laporan Penyelenggaraan Penelitian Arkeologi Pola Tata Ruang Pusat Pemerintahan Hindia Belanda di Batavia (Weltevreden) Abad ke-19 - Abad ke-20 Provinsi DKI Jakarta. Bandung.