DAMPAK LETUSAN GUNUNG KRAKATAU 1883 TERHADAP PERMUKIMAN DI PANTAI BARAT TELUK LAMPUNG The Impact of the 1883 Krakatau Eruption on the Settlement on West Beach of Lampung Gulf
Isi Artikel Utama
Abstrak
Letusan gunung berapi seringkali memberikan dampak negatif terhadap permukiman di sekitarnya. Kondisi objek seperti pada situs Liyangan di Kabupaten Temanggung merupakan salah satu bukti dampak negatif letusan gunung. Beberapa kajian arkeologi terhadap situs-situs di sekitar Gunung Merapi, Yogyakarta menyimpulkan bahwa erupsi Gunung Merapi menjadi salah satu alasan pindahnya peradaban Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda pada tahun 1883 juga menimbulkan bencana terhadap masyarakat di sekitarnya. Cerita masyarakat Lampung menjelaskan bahwa erupsi Gunung Krakatau telah melenyapkan perkampungan sehingga masyarakat memindahkan perkampungannya. Di pantai barat Teluk Lampung terdapat beberapa situs permukiman yaitu Kampung Tuha Maja Saka, Benteng Belajung, dan Kahai. Kajian ini membahas dampak letusan Gunung Krakatau 1883 terhadap perkampungan-perkampungan tersebut. Metode penelitian melalui deskripsi dan didukung analisis laboratoris terhadap jejak material erupsi. Jejak erupsi ditemukan pada beberapa lokasi objek. Perpindahan Kampung Tuha Maja Saka ke lokasi baru bukan merupakan akibat dari letusan Krakatau 1883.
Rincian Artikel
Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Referensi
Cas, R., & Wright, J. (1988). Volcanic Succession: Modern and Ancient. London: Chapman & Hall.
Christenson, B. (2000). Geochemestry of Fluids Associated with the 1995-1996 Eruption of Mt. Ruapehu, New Zealand: Signature and Processes in the Magmatic-hydrotermal System. Journal of Volcanology and Geothermal Research, 97, 1–30.
Giachetti, T., Paris, R., Kelfoun, K., & Ontowirjo, B. (2012). Tsunami hazard related to a flank collapse of Anak Krakatau Volcano, Sunda Strait, Indonesia. Geological Society Special Publication, 361(1), 79–90. https://doi.org/10.1144/SP361.7
Haribuana, I. P. Y. (2013). Jejak Permukiman di Situs Tambora dan Sekitarnya: Perspektif Geomorfologi. Forum Arkeologi, 26(2), 125–134.
Jokowinarno, D. (2009). Identifikasi Garis Pantai di Provinsi Lampung yang Rawan oleh Tsunami Sebagai Akibat Letusan Gunung Krakatau. Rekayasa, 13(2), 119–130.
Kartodirdjo, S. (2015). Pemberontakan Petani Banten 1888. Depok: Komunitas Bambu.
Riyanto, S. (2015). Situs Liangan Ragam Data, Kronologi, Dan Aspek Keruangan. Berkala Arkeologi, 35(1), 33–58. https://doi.org/10.30883/jba.v35i1.37
Saptono, N. (2018). Laporan Analisis Unsur Batuan Hasil Penelitian Situs Pekon Tuha Maja. Bandung.
Saptono, N., & Widyastuti, E. (2015). Kampung-kampung Tua di Sekitar Gunung Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan. Bandung.
Saptono, N., Widyastuti, E., & Hidayat, D. (2017). Laporan Penelitian Arkeologi: Aktivitas Masyarakat di Situs Permukiman Pekon Saka Maja, Lampung Selatan. Bandung.
Suryadi. (2009). Syair Lampung Karam: Sebuah Dokumentasi Pribumi Tentang Dahsyatnya Letusan Krakatau 1883. Padang: Komunitas Penggiat Sastra Padang.
Tantri, E. (2014). Letusan Krakatau 1883: pengaruhnya terhadap gerakan sosial Banten 1888. Jurnal Masyarakat & Budaya, 16(1), 191–214. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.14203/jmb.v16i1.61
Wibisono, S. C. (2017). Bencana dan Peradaban Tambora 1815. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Zarman, R. (2013). Letusan Krakatau 1883 dan Korban-korbannya di Desa Nelayan Karang Hantu Banten: Kesaksian Ong Leng Yau. Wacana Etnik, 4(1), 87–100.