PENGETAHUAN MERESPON BENCANA DALAM KEARIFAN LOKAL Knowledges within Local Wisdoms for Disaster Response
Isi Artikel Utama
Abstrak
Kearifan lokal adalah suatu himpunan pengetahuan, semangat, dan aktifitas dalam suatu masyarakat untuk menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan suatu masyarakat, termasuk dalam menghadapi bencana alam. Cara dan upaya dari suatu kearifan lokal untuk merespon bencana memiliki berbagai bentuknya, baik yang tak teraga seperti norma/aturan, nilai, organisasi, dan perilaku; maupun yang teraga seperti teknologi, desain, aktifitas, dan tindakan. Di balik setiap cara atau upaya ini, terkandung pengetahuan yang bisa dipelajari untuk diterapkan di tempat lain. Namun demikian, untuk menerapkannya dalam lingkup yang lebih luas dan kekinian tidak sekedar mereplikasi cara atau upaya kearifan lokal persis seperti yang dilakukan oleh masyarakat lokal tersebut. Diperlukan penyingkapan terlebih dahulu pengetahuan yang terkandung di dalam kearifan lokal tersebut dan ditransformasikan menjadi pengetahuan eksplisit yang bersifat umum. Ini dikarenakan suatu cara atau upaya tertentu berasal dari kearifan lokal bersifat dan berlingkup lokal. Tidak seluruh cara dan upaya dari suatu kearifan lokal, terutama yang berbentuk tak teraga, memiliki pengetahuan eksplisit yang mudah disingkap dan ditransformasi karena pengetahuan yang dikandungnya bersifat embedded. Makalah ini mencoba berdiskusi di seputar isu ini, yaitu apabila kearifan lokal dalam merespon bencana ingin diterapkan dalam lingkup yang lebih luas dan kekinian.
Rincian Artikel

Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Referensi
Belgawan, Ismet; et.al; Arsitektur Rumah dan Permukiman Tradisional di Jawa Barat; Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Propinsi Jawa Barat, Bandung
Chugh, Ritesh (2015); "Do Australian Universities Encourage Tacit Knowledge Transfer?"; Proceedings of the 7th International Joint Conference on Knowledge Discovery, Knowledge Engineering and Knowledge Management. pp. 128–135.
Dwijendra, Ngakan Ketut Acwin (2003); “Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali”; Jurnal Permukiman Natah, Vol. 1, No. 1, 2003; pp 8–24
Herlina, Meri; Dewi Liesnoor Setyowati; Juhadi (2020); “Local Wisdom of Repong Damar for Landslide Mitigation in Way Krui Subdistrict, Pesisir Barat Regency, Lampung”; Makalah Konperensi; https://www.researchgate.net/publication/338647156
Karlovic, Alen (2017); Shinbashira – “Pagoda’s Exceptional Earthquake Resistance”; diakses pada https://medium.com/konsiteo -today/shinbashira-pagodas-exceptional-earthquake-resistance
Lumantarna dan Pudjisuryadi (2012); “Learning from Local Wisdom: Friction Damper in Traditional Building”, Civil Engineering Dimension, Vol. 14, No. 3, December 2012 (Special Edition), 190-195
Maer, Bisatya W (2008); “Respon Pendopo Joglo Yogyakarta terhadap Getaran Gempa Bumi”; Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur, Vol. 36, No. 1, Juli 2008, hal 1 – 9
Mitchell, B., Bobby Setiawan, dan DH Rahmi, (2004); Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan; Gajah Mada University Press, Yogya
Nakata, Hiroko (2012); "Tokyo Sky Tree opener looms large", Japan Times, 21 February 2012, p. 3.
New Indian Express (25 Oktober 2018), “Did Kakatiya Rulers Hold the Secret to Earthquake-Proof Buildings?”, diakses pada https://www.newindianexpress.com/cities/hyderabad/2018/oct/25/ did-kakatiya-rulers-hold-the-secret-to-earthquake-proof-buildings-1889809.html
Osman, Wiwik Wahidah; Shirly Wunas; Mimi Arifin; dan Ria Wikantari (2020); “The Spatial Patterns of Settlement Plateau of the Ammatoa Kajang: Reflection of Local Wisdom”, International Journal of Civil Engineering and Technology (IJCIET), Volume 11, Issue 1, January 2020, pp. 199-208; Tersedia daring pada http://www.iaeme.com/ijciet/issues.asp? JType=IJCIET&VType=11&IType=1
Raharja, Randi; Faisal Grahadi Wibowo; Riski Vitria Ningsih; dan Sari Viciawati Machdum (2018); “Peran Kearifan Lokal dalam Mitigasi Bencana: Studi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Longsor di Desa Bojongkoneng, Kabupaten Bogor”, Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, Vol. 7, Nomor 2, 2016
Rozi, Syafwan (2017); “Local Wisdom and Natural Disaster in West Sumatera,” el Harakah Vol.19 No.1 Tahun 2017
Suyatman, Ujang (2018); “Teologi Lingkungan dalam Kearifan Lokal Masyarakat Sunda,” Jurnal al-Tsaqafa Volume 15, No. 01, Juli 2018
Triyadi, Sugeng; Iwan Sudradjat; Andi Harapan (2009); “Kearifan Lokal pada Bangunan Rumah Vernakular di Bengkulu dalam Merespon Gempa: Studi Kasus Rumah Vernakular di Desa Duku Ulu,” Seminar Nasional Kearifan Lokal dalam Perencanaan dan Perancangan Lingkungan Binaan; 7 Agustus 2009, Universitas Merdeka, Malang
Wayne, Jonathan (2017); The Difference between Belief and Knowledge, https://medium.com/ perspectivepublications/the-difference-between-belief-and-knowledge-cb909520a265
Wellman, Jerry L (2009); Organizational Learning: How Companies and Institutions Manage and Apply Knowledge; Palgrave Macmillan, New York
HASIL DISKUSI
Pertanyaan
Arif Budiman (MAN 1 Jakarta)
Bagaimana caranya agar kebudayaan Jawa itu tidak selalu diidentikkan dengan mistisisme, musyrik, dan sebagainya, dan kita dapat menerapkannya untuk manfaat hari ini?
Jawaban
Hasil kebudayaan akan dihargai apabila digunakan. Karena digunakan maka artinya dihargai. Penggunaan ini harus didasarkan kepada suatu pengetahuan tentang manfaat dan kerugiannya. Misal buka sepatu ketika masuk rumah, sehingga dibuatlah tempat sepatu khusus, bukan di teras sehingga orang selalu menggunakannya ketika masuk ke suatu rumah. Intinya, untuk mengharagai kita harus tahu manfaatnya. Bagaimana sampai kepada pengetahuan tersebut maka harus membuka makna inti rasionalitasnya dan manfaatnya. Hal inilah yang juga berlaku dalam memanfaatkan dan menggunakan kearifan lokal. Proses mengungkap pengetahuan itu, agar rasionalitas dan manfaatnya dipahami, merupakan proses yang tidak pendek tetapi panjang. Dalam proses ini dicari prinsip, rumus, dan sebagainya dari pengetahuan yang terkait dengan manfaatnya tersebut. Dalam kaitan ini, rasionalitasnya diangkat/disingkap sehingga dapat dipahami dan akhirnya diterima.